Jalan-Jalan ke Jepang Gratis?!?!? (Part 3)

Satria Setya
4 min readMay 22, 2022

--

Ini adalah bagian ketiga dari cerita yang sama. Buat kalian yang belum baca part sebelumnya, bisa baca di sini:

Hari ketiga di Jepang kuawali hari dengan sarapan di restaurant hotel. Setelah itu, terdapat waktu bebas hingga awarding night. Tak kusia-siakan kesempatan itu untuk jalan-jalan sendiri mengelilingi kota Tokyo menggunakan MRT.

Shibuya Crossing Street — Dokumen Pribadi
Suer, ini dingin banget suhunya bisa sampe 9 derajat waktu itu

Aku pun mengunjungi Shibuya Crossing Street yang terkenal sebagai persimpangan tersibuk di dunia dan kedutaan besar Republik Indonesia untuk Jepang.

Kemudian, setelah pukul 12.00 siang aku kembali ke hotel untuk melakukan persiapan. Pukul 14.00 aku dan pemenang lainnya berkumpul di lobby hotel dan berangkat bersama-sama berjalan kaki ke stasiun MRT terdekat dari hotel. Kami semua menuju venue awarding night menggunakan transportasi umum.

Sesampainya di venue, panitia memberikanku sebuah earpiece untuk mendengarkan translation bahasa Indonesia. Sebagai informasi, berbagai acara resmi di Jepang kebanyakan menggunakan bahasa Jepang meskipun event berskala internasional sehingga untuk orang asing sepertiku perlu penerjemah agar memahami acara tersebut.

Earpiece untuk mendengarkan terjemahan bahasa Indonesia

Setelah itu, aku dan pemenang lain melewati red carpet. Dalam red carpet tersebut, terdapat interview untuk program tv dari TBS. Aku pun berkesempatan untuk walk in interview menggunakan bahasa Inggris.

Diwawancarai untuk program tv di TBS TV
Leaflet untuk awarding night
Film karyaku dan teman-teman Spelans Creative Club yang memenangkan penghargaan Next Generation dalam kompetisi tersebut

Acara awarding night dibuka oleh pembawa acara menggunakan bahasa Jepang. Acaranya berlangsung sungguh meriah dengan berbagai pertunjukan budaya Jepang. Acara tersebut diikuti oleh setidaknya lebih dari 20 negara di Asia. Setelah semua nominasi dibacakan, kami pun berfoto bersama.

Setelah acara selesai, selanjutnya adalah farewell party di sebuah bar kafe di dekat venue acara. Aku pun memilih untuk tidak mengikuti farewell party dan kembali ke hotel sendiri menggunakan MRT karena aku belum cukup umur (waktu itu masih 16 tahun) untuk berpesta dengan minuman beralkohol.

Dengan bantuan aplikasi (yang aku lupa namanya) aku pun akhirnya dapat mencapai stasiun terdekat dari venue tersebut untuk kembali ke hotel. Aku masih ingat waktu itu sudah sangat larut malam, kota Tokyo pun sepi sekali, bahkan kereta bawah tanah yang aku tumpangi hanya sedikit penumpangnya.

Sesampainya di stasiun dekat hotel, aku pun berjalan menuju hotel. Jalanan menuju hotel begitu sepi dan hening. Meskipun demikian, aku tidak merasa takut justru aku menikmati keheningan kota Tokyo di tengah malam.

Anyway, aku jadi teringat bahwa di Tokyo suasananya sungguh nyaman untuk ditinggalin. Meskipun ramai kendaraan, tetapi kendaraan tersebut tidak memiliki suara bising seperti suara kendaraan di Indonesia. Suara knalpotnya senyap sehingga jalanan di Tokyo meskipun ramai tetapi suaranya hening dan tenang. Sungguh menenangkan hati.

Keesokan harinya, sekitar pukul 05.30 aku telah bangun dan sarapan di restaurant hotel. Kemudian, Mr. Nagao mengantarkanku dan Kak Sani menuju bandara menggunakan bus bandara. Kami pun berpamitan dengan Mr. Nagao. Tak lupa, kami juga berfoto bersama. Namun, aku lupa menaruh file fotonya di mana sehingga tidak bisa aku tayangkan.

Perjalanan singkat di kota Tokyo, Jepang tersebut memberi banyak pengalaman dan cerita yang berharga buatku. Akupun dapat berkenalan dengan filmmaker dan jurnalis media dari negara lain serta bertukar insight mengenai film di Asia. Kami pun sampai sekarang masih terhubung di Facebook dan masih saling membagikan kabar.

22/31

--

--